Membina Hubungan Baik Dengan Orang Lain
Ditulis Oleh Muahamad Djunaedi
“Yaa ayyuhalladziina aamanurkau wasjudu, wabudu Rabbakum, wafaluu khaira laallakum tuflihun.”(QS. Al-Hajj:77) Hai orang-orang yang beriman rukulah, sujudlah dan sembahlah Rabbmu serta perbuatlah kebajikan-kebajikan agar kalian memperoleh keberuntungan / kemenangan.
Firman Allah SWT di atas mengisyaratkan bahwa untuk meraih keberuntungan di dunia dan akhirat dibutuhkan usaha terpadu antara kegiatan ubudiyah atau hablumminaLlah dan kegiatan memproduksi kebajikan atau hablumminannaas. Keduanya merupakan kesatuan yang tidak boleh ditinggalkan. Artinya, selain diperintahkan untuk ruku, sujud dan menyembah Allah, seorang mumin juga dituntut aktif berbuat kebajikan terhadap sesama manusia.
Korelasi antara hubungan vertikal (hablumminaLlah) dengan hubungan horizontal (hablumminannaas) juga terlihat jelas dalam sebuah Hadits Nabi
SAW: Ittaqillaha haitsu maa kunta wa atbii sayyi-atal hasanata tamhuha wa khaliqin naasa bikhuluqin hasan. (Bertaqwalah kepada Allah di manapun kamu berada dan iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik (karena kebaikan dapat mengkompensasi keburukan) dan bergaullah dengan sesama manusia dengan akhlaq yang baik).
Dalam hadits tersebut terungkap bahwa perintah bertaqwa kepada Allah harus dilanjutkan dengan berbuat kebaikan serta bergaul dengan sesama manusia dengan akhlaq yang baik.
Dalam kaitannya dengan hablumminaLlah keunggulan kompetitif vertikal seseorang ditentukan berdasarkan tingkat ketaqwaannya (Inna akramakum indaLlahi atqaakum, QS. 49:13). Sedangkan keunggulan kompetitif horizontal ditentukan oleh besar kecilnya kadar kemanfaatan yang dimiliki orang tersebut bagi orang lain (Khairunnaasi anfauhum linnaas, Al-hadits, Riwayat …)
Menyadari adanya keterkaitan yang begitu erat antara hablumminaLlah dan hablumminannaas, para salafus shalih cepat melakukan instrospeksi
(muhasabah) terhadap hablumminaLlah mereka apabila mereka mengalami kesulitan atau masalah di dalam hablumminannaas mereka.
Jadi misalnya suatu saat mereka mendapati istri mereka marah-marah, anak-anak mereka sulit diatur dan bahkan keledai atau onta mereka susah dikendalikan, maka mereka segera merasa bahwa ada yang tidak beres dalam hubungan ubudiyah dan taqarrub mereka kepada Allah.
Sebaliknya, walaupun seseorang rajin beribadah kepada Allah atau menonjol kegiatan ubudiyahnya, bila hubungannya dengan sesama manusia buruk, maka ia tidak akan selamat di dunia apalagi di akhirat. Dalam suatu sirah, digambarkan seorang wanita yang ahli ibadah, rajin shalat tahajjud dan shaum sunnah, tetapi karena ia gemar menyakiti hati tetangganya baik dengan lisan maupun perbuatan, maka ia dikomentari Rasulullah SAW sebagai calon penghuni neraka. Naudzubillahi min dzalik.
Seyogyanya memang hubungan yang baik dan sehat antara seorang hamba dengan Rabbnya akan berimbas atau berdampak positif pada hubungannya dengan sesama manusia.
Pertanyaan bagaimana caranya agar kita bisa membina hubungan dengan baik dengan orang lain ?
1. Keimanan dan Ketaqwaan kepada Allah SWT.
Syarat utama atau modal dasar membina hubungan dengan orang lain adalah keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. Dengan kata lain kunci utama pembuka hubungan baik dengan orang lain adalah adanya quwwatu sillah billah (kekuatan hubungan dengan Allah). Karena memang seperti sudah disinggung di bagian muqaddimah bila hubungan kita dengan Allah baik, akan baik pulalah hubungan kita dengan manusia lain. Tetapi jika yang terjadi seseorang yang rajin beribadah tetapi akhlaqnya buruk sehingga buruk pula hablumminannaasnya, berarti ada something wrong dalam ibadahnya tersebut.
Boleh jadi ibadah yang dilakukannya tersebut sekedar ritual yang tidak dihayati dan difahami sehingga tidak membawanya pada esensi atau hakikat ibadah tersebut.
Padahal dalam Islam tidak ada dikotomi antara ibadah khasshah seperti ruku, sujud dalam shalat, shaum, haji dll dengan ibadah ammah seperti berbuat baik pada orang tua, tetangga dll. Atau seperti diungkapkan pula di dalam Al-Quran bahwa sesungguhnya shalat dapat mencegah manusia dari perbuatan keji dan munkar.(QS. Al-Ankabut:45) Artinya shalat yang dihayati sampai pada esensinya akan berdampak positif tercegahnya manusia dari keburukan akhlaq.
Secara sederhana hal itu pernah pula diungkapkan dalam lirik ciptaaan penyair Taufik Ismail dan disenandungkan oleh Group Bimbo yakni: ada sajadah panjang panjang terbentang dari buaian hingga ke tepi kuburan.
Jadi dzikrullah atau ingatnya manusia kepada Allah, tak hanya ketika berada di atas sajadah, melainkan juga setelah keluar dari atas sajadah.
Oleh sebab itu sebelum kita membina hubungan dengan orang lain berdasarkan akhlaqul karimah, kita harus lebih dulu membina hubungan dengan Allah yakni dengan cara menerapkan akhlaq terhadap Allah, Rasul dan Al-Quran sebagai pedoman hidup dari-Nya.
2. Akhlaq yang baik (Husnul Khuluq)
Akhlaq yang baik sebenarnya adalah buah keimanan dan ketaqwaan. Ada keterkaitan yang erat antara keimanan dengan akhlaq seperti nampak dalam hadits-hadits yang berisikan perintah-perintah Nabi SAW untuk berbuat baik selalu didahului dengan masalah keimanan, Man kaana yuminu billlahi wal yaumil akhir falyukrim jaarahu (Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah memuliakan tetangganya), Man kaana yuminu billahi wal yaumil akhir falyukrim dhaifahu (Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah memulialkan tamunya), Man kaana yuminu billahi wal yaumil akhir falyaqul khairan aw liyasmut (Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau (lebih baik) diam.
Akhlaq yang baik ini meliputi akhlaq terhadap Allah, Rasul, Al-Quran
(vertikal) dan akhlaq terhadap sesama manusia seperti pada orangtua, suami, istri, anak, khadim, teman, tetangga, binatang dan alam.
3. Ketrampilan berkomunikasi dan beradaptasi.
Syarat ketiga untuk membina hubungan dengan orang lain adalah skill, keahlian atau ketrampilan berkomunikasi, berinteraksi dan beradaptasi dalam hubungan dengan sesama manusia. Komunikasi yang baik akan menciptakan suasana menyenangkan, dan hasilnya adalah hubungan yang semakin baik dan harmonis yang akan disusul dengan saling memahami, mengerti, senang, percaya.