Perlunya Anak Diajar Saum
Tak terasa bulan Ramadhan kembali datang kepada kita umat Islam. Sementara hati sudah mulai kesat dan keras dengan berbagai macam dosa. Alhamdulillah umur masih dipanjangkan Allah untuk bisa menjumpai bulan Ramadhan. Artinya masih ada kesempatan untuk membersihkan hati dan mengingatkan kita dengan kehidupan akhirat yang abadi.
Saum diwajibkan bagi umat Islam seperti firman Allah.
�Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.� (Al-Baqarah : 183).
Shaum adalah menahan dan mencegah diri dari hal-hal yang mubah, yaitu berupa makan, minum dan berhubungan suami istri serta mendekatkan diri pada Allah SWT. Islam tidak mensyariatkan sesuatu melainkan mengandung hikmah yang demikian besar.
Dalam saum terdapat sejumlah hikmah dan mashlahat, diantaranya ialah:
* Membersihkan jiwa, yaitu dengan jalan mematuhi perintahNya, menjauhi laranganNya dan melatih diri untuk menyempurnakan peribadatan kepada Allah
* Menyehatkan badan
* Mendidik dan mengendalikan hawa nafsu serta membiasakan bersifat sabar
* Menumbuhkan semangat bersyukur terhadap nikmat Allah
* Mengingatkan orang-orang kaya akan penderitaan dan kelaparan yang dilanda orang-orang miskin.
* Mengantarkan manusia menjadi insan bertakwa. Menjaga kesehatan hati dan anggota badan yang zhahir.
Saum Ramadhan wajib dilaksanakan oleh tiap-tiap muslim yang telah baligh. Yang menjadi pertanyaan sekarang, apakah anak kecil dibiarkan begitu saja tidak dituntut melaksanakan ibadah saum. Tentu saja tidak, karena anak belum mencapai usia baligh. Namun, orang tua perlu menuntun dan membiasakan anak mengerjakan kewajiban sedini mungkin semampu mereka. Kebiasaan di waktu kecil akan berbekas dan melekat terbawa sampai tua bagaikan mengukir di atas batu. Orang tua perlu melakukan pembiasaan dan memberi teladan yang baik karena pembiasaan dan keteladanan merupakan kunci keberhasilan. Untuk tahap awal, orang tua dapat mengajak anak melakukan sahur pada waktu pagi hari dan buka pada waktu bada dzuhur. Termasuk kekeliruan jika orang tua tidak membiasakan dari waktu kecil setelah mencapai usia aqil baligh, karena dapat berakibat beratnya melaksanakan.
Ungkapan seorang penyair:
�Akan bermanfaat adab yang ditanamkan pada anak-anak sejak usia dini, (sebaliknya) tidak bermanfat adab yang ditanamkan di masa tua karena sesungguhnya ranting-ranting bila engkau luruskan, niscaya menjadi lurus. Dan sekali-kali balok kayu tidak akan bengkok, jika engkau luruskan.�
Orang tua dapat mengajak anak melibatkan kegiatan-kegiatan Ramadhan yang menarik antara lain dalam datangya waktu berbuka saum. Seperti bermain dan bernyanyi bersama anak dirumah, bercerita riwayat nabi dan para sahabat, menonton acara televisi dengan acara Ramadhan untuk anak atau mengikuti pesantren kilat Ramadhan. Para Sahabat Nabi membiasakan anak-anaknya menunaikan saum di waktu kecil. Mereka biasa mengajak anak-anaknya bermain bulu domba hingga tibalah saat berbuka.
http://www.bunyan.co.id/buletin.php